Sabtu, 24 Januari 2009

KATA PENGANTAR


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Segala puji bagi Allah SWT tuhan seluruh alam atas rahmat dan hidayahnya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas mikrobiologi yang berjudul “ Bahayanya Penyakit Tetanus Terhadap Ibu dan Anak”. Tugas ini ditulis untuk menambah pengetahuan pembaca.

Penulis berharap agar setelah membaca karya tulis ini, para pembaca mendapatkan pengetahuan yang luas dalam akan penyakit tetanus.

Selain itu penulis tak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Ika yang telah memberi tugas semester ini dengan begitu kami(penulis) jadi dapat lebih tau dan lebih membaca tentang penyakit tetanus, sehingga InsyaAllah tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kemudian mengingat proses penulisan tugas ini kami sebagai penulis masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis selalu membuka diri untuk mnerima berbagai masukan, saran dan kritikan agar kelak karya ini menjadi sempurna dan bermamfaat.





Jambi Desember 2008





Penulis

1.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tetanus merupakan satu diantara penyebab kematian pada ibu dan anak, karena itu penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup menonjolkan pada sebagian besar wilayah amper ia.

Insiden kasus tetanus diyakini terjadi pada amper kita ( Indonesia) karena masih banyak ibu hamil terutama yang tinggal didesa pergi kedukun beranak bukan ketenaga kesehatan seperti bidan yang ada didesa. Padahal amper sebagian besar praktek dari dukun beranak tidak memperhatikan yang namanya steril.

Mereka tidak mempedulikan sebagian besar sateril atau tidak, ibu juga tidak tahu bahwa penyakit tetanus terjadi akibat kurangnya ketelitian atau pengetahuan dukun beranak dengan yang namanya sterilisasi (kebersiahan), mereka masih saja mempercayakan proses persalinan kepada dukun bayi, padahal itu dapat mengakibatkan kematian ibu setelah melahirkan atau bayi yang dilahirkan tidak dapat hidup lama karena kurangya kepedulian sang ibu ataupun yang menolong persalinan terhadap sterilisasi. Inilah yang akan kami jabarkan yaitu pentingnya pengetahuan akan bahaya tetanus bagi ibu dan anak sehingga kita dapat mengurai jumlah kematian ibu dan anak.

B. Tujuan

Selain dengan tujuan menyelesaikan tugas dari ibu Ika. Tujuan terpenting dari dari tulisan ini, bagi penulis tidak lain untuk:
- Membantu pembaca mengenali penyakit tetanus
- Menambah pengetahuan pembaca akan bahaya tetanus
Sehingga dengan demikian penulis berharap dengan cara ini dapat mengurangi atau mencegah angka kematian ibu dan anak akibat tetanus.

2.


C. Pokok Masalah Yang Dibahas

Pada tugas ini ada beberapa hal yang akan di bahas oleh penulis antara lain:

1. Mengenai apa tetanus itu?
2. Bagaimana bentuk kuman dari tetanus itu?
3. Bagaimana patofisiologi tetanus itu?
4. Bagaimana gejala klinis dari tetanus?
5. Bagaimana diagnosis, pemeriksaan diagnostic, komplikasi dan prognesis dari tetanus?
6. Bagaimana pengobatan tetanus?
7. bagaimana cara pencegahan tetanus?


















3.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Tetanus

Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini ditemukan oleh KITASATO, pada tahun 1889. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spame otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus( lockjaw), spasme otot umum, melengkungkan punggung( opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekuatan otot seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka.

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot..

B. Bentuk Dari Kuman Tetanus

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping berukuran 2-5 x 0,4-0,5 milimikro yang berbentuk spora selama diluar tubuh manusia, tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik.

Kuman ini termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Kuman tetanus mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini ( tetanus spasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perimer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, suhu 65 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.


.
4.
Kuman tetanus malah mati, tetapi kuman tetanus dapat membentuk spora yang tetap hidup bila direbus, tetapi mudah mati jika dipanaskan atau terkena behan pencuci lama. Karena itu tempat infeksi dari penyakit ini pada umumnya di daerah luka yang dalam, kotor dan tak tersentuh udara. Kuman ini menghasilkan racun tetanospasmin penyebab kelumpuhan otot seluruh tubuh yang bersipat kaku.

Metabolisme dari Eksotoksin C. tetani dipisahkan menjadi:

 Teatanolysyn: yang menyebabkan lisis sel darah merah dan bersipat anti genik
 Tetanospasmin: Merupakan neunotoksin yang mempengaruhi syaraf yang menyebabkan kekejangan ( spasmos).

Sifat biakan dari C. tetani yaitu:
Pada media padat kloni bagian tengahnya padat dan berumbai ke samping dan pada plat agar darah mula-mula terlihat alfa hemolisa dan selang 2-3 hati terlihat adanya beta hermolisa. Spora terbantuk dalam media setelah 3 hari.

Media yang digunakan untuk membiakan C. tetani harus mengandung reducing agent ( mengambil CO2) misalnya:
 Thiogly colate broth
 Heart infusion broth
 Plat agar darah nutrient agar dalam darah anrerobic ( suasana araerobe)

C. Patafisiologis Dari Tetanus

Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multiple ini membentuk dua toksin yaitu tetanuspamin yang merupakan toksin kuat dan atau neorotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler.

5.

Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh aritititoksi. Hipotesa cara aborsi dan bekerjanya toksin ini adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke karno anterior,susunan saraf pusat.kedua tosin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan saraf pusat. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang. Masa inkubasi kuman tetanus ini 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.

Resistensi dari C.tetani ada 2 yaitu:
1. Bentuk vegetatif
Bentuk ini tahan terhadap pemanasan dan disinfektan
D. Bentuk spora
Bentuk ini mati pada pemanasan 121 o15 menit.

Tentang cara absorbsi dan berkerjanya toxin tetanus dikemukakan dua hipotesis :
1. Toxin diabsorbsikan pada ujung saraf motorik dan melalui axis silinderik dibawa ke cornu anterior susunan motorik dan melalui axis slindrik di bawa ke cornu anterior susunan saraf pusat.
2. Toxin diabsorbsikan oleh susunan saraf limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.

E. Gejala Klinis Dari Tetanus

Gejala klinik dari tetanus biasanya di tandai dengan kejang-kejang otot pada luka, kemudian otot-otot rahang sehingga mulut tidak dapat dibuka disebut trismus atau look jaw dan otot-otot imic disebut Rhesus sardonicus serta akhirnya seluruh otot.



6.
Pada bayi kaku seperti boneka atau Dollsign kematian disebabkan kekejangan otot pernapasan atau spasmas larynx.Masa tunas dari C. tetanus ini biasanya 5-14 hari tetapi kadang –kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher.
Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
1. Trimus karena spasme otot-oto mastikatoris.
2. Kaku kuduk sampai epistotonus
3. Ketegangan otot dinding perut
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior.
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
6. kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermitten di selingi periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramusculus karena kontrksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring. Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot urethral. Fraktur kolumna vertbralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peniggian tekanan cairan otak.

Dalam ilmu kedokteran tiga bentuk klinik dari tetanus, yaitu:

1. Tetanus local: otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian paroksimal luak. Gejala itu dapat menatap dalam beberapa minggu dan menghilang tanpa sekuele.

7.
2. Tetanus general merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengam kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi otot somatik- meluas.
3. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan adukasi lengan dan akstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme berlansung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
4. Tetanus segal: varian tetanus local yang terjadi masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf 111,1V , V11, 1X, dan X1 tersering adalah saraf otok V11 diikuti tetanus umum.

Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium:
1. Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang
2. Trismur (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang
3. Trismur (1 cm) dengan kejang torik spontan.

D. Diagnosis, Pemeriksaan diagnotic, Komplikasi dan Prognosis dari penyakit Tetanus

a. Diagnosis

Biasanya tidak sukar anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang sangat membantu. Tetapi kesadaran penderita tak terganggu. Penderita tetanus tetap sadar walau sakit berat. Pada putra ibu walau luka sudah dibersihkan tetapi kalau kurang bersih akan tetap kena penyakit tetanus. Yang terpenting justru vaksinasi DTP yang dapat melindungi.

Penyakit tetanus tidak selalu disertai gejala kejang. Pada anak, gejala awalnya sulit membuka mulut (mulut terkancing) karena kontraksi otot mengunyah.

8.

Diikuti gejala kontraksi otot muka sehingga muka mirip singa, garis-garis hidup dipermukaan kulit, wajah datar atau menghilang. Jika anak sudah dapat berjalan, jalannya kaku seperti robot. Selanjutnya terjadi kelumpuhan yang kaku otot di seluruh tubuh yang dapat disertai kejang. Bila sudah timbul kejang berarti penyakitnya berat.

Penyakit tetanus dikatakan berat jika timbul pada bayi baru lahir atau orang tua usia lanjut. Tetanus yang disertai kejang spontan, kejang terua menerus, panas tinggi, masa inkubasi biasanya pendek termasuk tetanus yang berat. Penderita dapat meninggal karena kejang terus menerus sehingga paru-paru dan otak kekurangan oksigen, masuknnya cairan muntahan atau air liur kedalam saluran pernapasan, akibat panas tinggi, infeksinya bertambah berat atau infeksi tumpangan penyakit lainnya.

b. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang .
Pemeriksaan darah : leukosit 8.000-12000 ca.

c. Komplikasi

1. Spame otot faring yang menyebebkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
2. Asfeksia adalah perubahan yang disebabkan oleh kurangnya udara pernapasan
3. Atelektaksis karena obstruksi secret
4. Frakturakompresi




9.

d. Prognosis

Dipengaruhi oleh beberapa faktor dan akan buruk pada masa tunas yang pendek (kurang dari 7 hari), usia yang sangat mudah (neunatus) dan usia lanjut, bila disertai frekuensi kejang yang tinggi, kenaikan suhu tubuh yang tinggi, pengobatan yang terlambat, periodof onsed yang pendek (jarak antara trismus dan timbulnya kejang) dan adanya komplikasi terutama spame otot pernapasan dan obstruksi saluran pernapasan.
Mortalitas di Amerika Serikat dilaporkan 62 % (masih tinggi).Tetanus memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada penderita yang sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk
.
E. Pengobatan

Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik tetrasiklin dan penesilin diberikan untuk mencegah pembentukan rajun lebih lanjut. Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot.

Penderita biasanya dirawat dirumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yamg tenang. Untuk infeksi menengah sampai berat, mngkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernapasan.Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastik. Untuk membuang kotoran, dipasang keteter.

Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya bisa diberikan untuk mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah sembuh, harus diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi berikutnya.


10.
Intinya Pengobatan untuk penyakit tetanus dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Anti tetanus serum (ATS) 50.000 untuk hari selama 2 hari berturut-turut, hari perama diberikan dalam infus glukosa 5% 100 ml, hari kedua diberikan IM. Lakukan uji kulit atau mata sebelum pemberian, bila hasil positif ATS diberikan secara besredka.
2. Fenobarbital, dosis inisial 50 mg (umur < 1 tahun) dan 75 mg (umur > 1 tahun) dilanjutkan dosis 5 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 6 dosis.
3. Diazepam, dosis 4 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 6 dosis.
4. Largaktil, dosis 4 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 6 dosis.
5. Kloralhidrat, 5% (bila kejang sukar diatasi). Perrektal, dosis 50 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3-4 dosis.
6. Pp 50.000 untuk kgBB/ hari, IM sampai 3 hari demam turun, satu tempat suntikan tidak lebih dari 600.000 U.
7. Diet tinggi kalori tinggi protein, bila trismus makan cair diberikan melalui pipa nasogastik atau parenteral.
8. Isolasi
9. Oksigen 2 l/m
10. Bersikan port dentree dengan larutan H2O2 3%
11. Toksord tetanus (TT) diberikan sesuai status imunisasi.

Obat-obatan dapat diberikan untuk penyakit tetanus dapat berupa:

1. Antitoksin

Antitoksin 20.000 iu/1.m/5 hari. Pemberian baru dilaksanakan setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.
2. Antikejang / Antikonvulsan

- Fenobarbital (luminal) 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikan mula-mula 60-100 mg/1,M lalu dilanjutkan 6 x 3 mg/ hari (max. 200 mg/hari).
- Klorpromasin 3 x25 mg/1.M/hari untuk anak-anak mula-mula 4-6 mg/kg BB.
11.
3. Antibiotik

Penizilin prokain 1 juta 1.u/hari atau tetrasiflin 1 gr/hari/1.V dapat memusnahkan oleh tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologiknya.




G. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan:

1. Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan sebagai dapat pada usia 3,4 dan 5 bulan.
2. Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya tiap 2-3 tahun.
3. Bila mendapatkan luka, Perawatan luka yang baik jika luka tusuk harus di eksplorasi dan dicuci H2O2
4. Pemberian ATS 1500 iu secepatnya
5. Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi dasar.
6. Bila luka berta berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg BB/ hari.

Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik dari pada mengobatinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Bsgi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.

Pada seseorang yang memiliki luka,jika:

1. Telah menerima booster tetanus dalam waktu lima tahun terakhir, tidak perlu menjalani vaksinasi lebih lanjut
2. Belum pernah menerima booster dalam waktu lima tahun teakhir, segera diberikan vaksinasi

12.
3. Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.

Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus diberikan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium teani.

























13.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

Penyakit tetanus disebabkan kuman clostridium tetani. Habitatnya terdapat hampir di seluruh dunia. Berada di tanah, debu, atau saluran cerna binatang. Untuk hidupnya kuman ini tak perlu oksigen. Di udara ia malah mati, tetapi kuman tetanus dapat membentuk spora yang tetap hidup bila direbus, tetapi mudah mati jika dipanaskan atau terkena bahan pencuci hama.

Karena itu tempat infeksi dari penyakit ini pada umumnya di daerah luka yang dalam, kotor dan tak tersentuh udara. Kuman ini menghasilkan racun tetanospasmin penyebab kelumpuhan otot seluruh tubuh yang bersifat kaku. Tetapi kesadaran penderita tak terganggu. Penderita tetanus tetap sadar walau sakit berat.

Pada putra ibu walau luka sudah dibersihkan tetapi kalau kurang bersih akan tetap kena penyakit tetanus. Yang terpenting justru vaksinasi DTP yang dapat melindungi. Pengobatan tetanus yang penting adalah dengan pembersihan luka di mana fokus infeksi ditemukan di samping pemberian antibiotika dan antitetanus toksin.

Penyakit tetanus tak selalu disertai gejala kejang. Pada anak, gejala awalnya sulit membuka mulut (mulut terkancing) karena kontraksi dari otot pengunyah. Diikuti gejala kontraksi otot muka sehingga muka mirip singa, garis-garis hidup dipermukaan kulit, wajah datar atau menghilang. Jika anak sudah dapat berjalan, jalannya kaku seperti robot.

14.

Selanjutnya terjadi kelumpuhan yang kaku otot di seluruh tubuh yang dapat disertai kejang.
Bila sudah timbul kejang berarti penyakitnya berat. Penyakit tetanus dikatakan berat jika timbul pada bayi baru lahir atau pada orang tua usia lanjut.Tetanus yang disertai kejang spontan, kejang terus menerus, panas tinggi, masa inkubasi biasanya pendek termasuk tetanus yang berat. Penderita dapat meninggal karena kejang-kejang terus menerus sehingga paru-paru dan otak kekurangan oksigen, masuknya cairan muntahan atau air liur ke dalam saluran pernapasan, akibat panas tinggi, infeksinya bertambah berat atau infeksi tumpangan penyakit lainnya. Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik tetrasiklin dan penesilin diberikan untuk mencegah pembentukan rajun lebih lanjut. Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot.

Penderita biasanya dirawat dirumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yamg tenang. Untuk infeksi menengah sampai berat, mngkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernapasan.Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastik. Untuk membuang kotoran, dipasang keteter.

Penderita sebaiknya berbaring bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya pneumonia.Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya bisa diberikan untuk mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah sembuh, harus diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi berikutnya.

Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik dari pada mengobatinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Bsgi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.

Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus diberikan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani.

15.
B. SARAN

Saran kami sebagai penulis untuk para pembaca dimulai dengan penyakit ini yang dapat berakibat fatal, untuk itu diusahakan mencegahnya dengan vaksinasi sebagai upaya utama yang diberikan.

Pemberian vaksin ini dapat diberikan pada calon pengantin perempuan, ibu hamil, balita, anak sekolah SD, dan program vaksinasi lainnya baik yang dilakukan pemerintah, dokter praktik swasta dan lain-lain. Yang semata-mata dilakukan untuk mencegah penggulangan penyakit tetanus ini.

Selain itu kita juga perlu mengetahui penyakit tetanus sehingga kita dapat menanggulangi penyakit tetanus agar tidak berakibat lebih buruk. Dan kata orang bijak lebih baik mencegah daripada mengobati, itu dapat kita lakukan jika kita mengetahui, mengenal penyakit tetanus dan bahayanya.

Demikian karya tulis ini kami selesaikan. Kami selaku penulis tahu bahwa dalam tulisan ini banyak kekurangannya. Kami harap pembaca dapat memaklumi kami sebagai penulis yang masih terus dalam proses pembelajaran. Semoga pembaca dengan ikhlas memaafkan kekurangan kami.











16.